Waspadai Cacing Hati pada Hewan Kurban, Ini Penjelasan Pakar Unair

Perayaan Idul Adha identik dengan konsumsi daging kurban, terutama sapi dan kambing. Namun di balik semaraknya tradisi ini, masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap kesehatan hewan kurban, terutama pada kondisi organ dalam seperti hati.

Drh. Aditya Yudhana, M.Si., dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengingatkan soal bahaya distomatosis, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit cacing hati. Penyakit ini disebabkan oleh cacing trematoda, salah satunya Fasciola hepatica, yang menyerang organ hati ruminansia.

“Cacing hati menyerap nutrisi dari tubuh inang. Semakin banyak cacing, semakin besar nutrisi yang hilang. Ini bisa menyebabkan malnutrisi,” jelas Aditya, Kamis (5/6). Akibatnya, kualitas dan nilai ekonomi ternak bisa menurun drastis. Sapi perah bisa mengalami penurunan produksi susu, sementara sapi potong kehilangan bobot daging secara signifikan.

Ternak yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala fisik seperti kurus, rambut kusam, tulang menonjol, hingga anemia yang ditandai dengan gusi atau mata yang tampak pucat. Nilai Body Condition Score (BCS) sapi yang sehat umumnya 3-5, namun bisa turun hingga 1-2 jika terkena infeksi cacing hati.

Meski begitu, Aditya menegaskan bahwa daging dari sapi yang terinfeksi tetap aman dikonsumsi karena cacing tidak hidup di jaringan otot, melainkan di saluran empedu dalam hati. “Bahkan jika cacing dewasa tertelan secara tidak sengaja, tidak menyebabkan infeksi pada manusia,” katanya.

Namun, penting untuk melakukan pemeriksaan hati saat pemotongan. Bagian hati yang terinfeksi sebaiknya dibuang agar tidak dikonsumsi. “Yang masih sehat boleh dimakan, tapi jaringan hati yang rusak harus dieliminasi,” tambahnya.

Untuk keamanan, Aditya menyarankan masyarakat memilih daging yang memenuhi prinsip ASUH: Aman, Sehat, Utuh, dan Halal. Ciri-cirinya antara lain berwarna merah cerah, berlemak kekuningan, kenyal, tidak berlendir, dan beraroma khas daging.