Malam 1 Suro: Saat Orang Jawa Hening dan Mematuhi Pantangan-pantangan

Penjor.id – Setiap pergantian tahun Jawa, suasana di banyak daerah berubah. Jalanan yang biasanya riuh perlahan sepi, rumah-rumah dipenuhi doa dan hening, serta langkah kaki tertuntun menuju makam leluhur. Malam itu bukan malam biasa. Inilah malam 1 Suro, malam yang diselimuti aura sakral dan diyakini penuh kekuatan spiritual oleh masyarakat Jawa.

Pada tahun 2025 ini, malam 1 Suro jatuh pada Kamis malam, 26 Juni 2025, sementara tanggal 1 Suro atau 1 Muharram jatuh keesokan harinya, 27 Juni 2025. Sejak matahari tenggelam dan adzan maghrib berkumandang, berbagai ritual adat dimulai: ada yang melakukan tirakatan, ada pula yang ziarah kubur, dan tak sedikit yang memilih diam dan berdoa dalam keheningan.

Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Warisan Jiwa

Tradisi ini bukan hal baru. Sejak zaman Sultan Agung Mataram pada abad ke-17, kalender Jawa mulai diselaraskan dengan kalender Hijriah. Tanggal 1 Muharram pun ditetapkan sebagai awal tahun Jawa, menyatukan nilai Islam dan kearifan lokal kejawen.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam 1 Suro adalah malam keramat—pintu-pintu alam gaib diyakini terbuka, dan roh-roh leluhur turun ke bumi membawa berkah dan perlindungan. Maka tak heran jika malam ini dijalani dengan penuh kehati-hatian dan kesadaran spiritual.

Pantangan-pantangan yang Masih Dipegang Erat

Meski tak tertulis dalam aturan agama, banyak larangan tetap dijaga sebagai bentuk penghormatan pada leluhur dan spiritualitas malam Suro:

  1. Keluar rumah tanpa alasan penting dianggap bisa mengundang gangguan gaib.

  2. Mengadakan pesta atau hajatan, apalagi pernikahan, diyakini bisa membawa nasib buruk.

  3. Membangun atau pindah rumah dianggap waktu yang tidak baik untuk memulai sesuatu.

  4. Bersuara keras, tertawa berlebihan, atau berkata kasar dinilai tidak pantas pada malam kontemplatif ini.

Tradisi seperti “tapa bisu” di Keraton Yogyakarta menggambarkan nilai kesunyian batin yang dijunjung tinggi. Di balik itu, tersirat filosofi Jawa yang mendalam: “eling lan waspada” — hidup dengan kesadaran dan kewaspadaan, baik terhadap bahaya lahir maupun batin.

Malam untuk Menyepi, Malam untuk Mengerti

Malam 1 Suro bukan tentang takut pada hal-hal gaib, melainkan tentang merenung dan memperkuat diri secara spiritual. Di tengah hiruk-pikuk dunia, malam ini mengajak kita semua untuk jeda, kembali ke dalam diri, dan mengingat bahwa hidup tak hanya soal dunia, tapi juga soal jiwa.//

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: