Watu Semaur, Panorama Eksotis Berbalut Mistis

Penjor.id – Bumi Ponorogo di Jawa Timur memiliki banyak kekayaan alam yang potensial menjadi destinasi wisata menarik. Termasuk batu-batu alam mempesona, seperti Watu Semaur yang terletak di areal persawahan Desa Selur, Kecamatan Ngrayun.
Batu raksasa di bibir bukit itu berlokasi tak jauh dari jalan alternatif yang menghubungkan Ponorogo dan Trenggalek. Bentuknya menjulang ke atas, diapit oleh hamparan hijau hutan pinus di kanan-kirinya.
Watu Semaur terlihat indah dengan guratan warna-warni alam di sisi yang menghadap ke jalan. Kontras warna merah, oranye, kuning, putih, dan hitam, seperti dilukis dengan sapuan kuas raksasa.
Di bawah batu tersebut, terhampar petak-petak sawah berbentuk teras siring. Pemandangan semakin indah oleh aliran sungai kecil yang airnya cukup jernih di pinggir persawahan. Sebuah gubuk kecil yang sudah hancur atapnya, menjadi satu-satunya ‘bangunan’ buatan manusia di tempat itu.
“Bila padi-padi itu belum dipanen, pantulan warna emasnya saat tertimpa sinar matahari akan menambah keindahannya,” kata Hardi, seorang remaja yang kebetulan sore itu ikut menikmati keindahan Watu Semaur bersama penjor.id.
Nama Watu Semaur berasal dari Bahasa Jawa, ‘watu’ (batu) dan ‘semaur’ (menjawab). Dinamakan demikian karena batu ini mampu memantulkan suara keras yang menerpanya. Teriakan lantang di dekat batu ini akan terdengar menggema beberapa saat setelahnya.
Sebuah legenda menceritakan mengapa batu warna-warni tersebut dinamai Watu Semaur. Konon, tempat Watu Semaur berada, dulu dikenal sangat angker.
“Menurut cerita orang-orang tua dulu, pasangan pengantin yang usia perkawinannya belum lima hari tidak boleh melewati tempat ini tanpa ditemani orang lain,” kata Jamin, pemilik salah satu petak sawah di dekat Watu Semaur.

Suatu ketika, lanjut Jamin, ada pasangan pengantin baru yang tak mengindahkan pantangan tersebut. Saat melewati kawasan hutan itu, pengantin pria tiba-tiba terasa ingin buang air. Dia meminta istri yang baru dinikahinya menunggu di tempat yang agak jauh.
Namun ketika si suami kembali ke tempat istrinya menunggu, yang dihampiri tak tampak lagi. Saat mencari dan memanggil-manggil nama sang istri, terdengar suara menjawabnya. Anehnya wujud sang istri tak terlihat.
Berulang-ulang pengantin pria memanggil nama sang istri, hingga kelelahan dan berhenti mencari. Tiba-tiba di tempatnya berhenti itu, sang suami berubah menjadi sebuah batu. Istrinya yang selalu menjawab ketika dipanggil, ternyata juga telah berubah menjadi benda yang sama.
Batu jelmaan pengantin pria kemudian dikenal sebagai Watu Kodok dan batu jelmaan pengantin wanita disebut Watu Semaur. Letak keduanya tak terlalu jauh, berjarak sekitar 1 kilometer di pinggir jalan yang sama.
“Kalau sekarang ya nggak angker lagi. Siapapun bisa melewati tempat ini asal berlaku sopan dan tidak berbuat macam-macam,” ungkap Jamin. HK