Belajar Bersyukur pada Pak Timbul, Tukang Nggambar Wajah di Malioboro
Penjor.id – Di sela-sela kunjungan kerja di Yogyakarta, anggota F-PAN DPRD Jatim, Amar Syaifudin, menyempatkan membuat lukisan wajah dirinya di Malioboro. Pelukisnya telah menekuni bidang ini sejak 30 tahun lalu.
“Saya lihat sekilas lukisannya bagus, langsung saja tertarik. Ternyata orangnya juga baik, enak diajak ngobrol,” ungkap Amar di Jalan Malioboro, Senin (18/11/2019).
Ia adalah Timbul Prayitno, yang melukis berdasar bakat alam tanpa pernah belajar khusus di bidang seni lukis alias otodidak. Sejak 1979 ia sudah berada di Malioboro untuk menawarkan keahliannya kepada para pengunjung pusat wisata di Kota Yogya tersebut.
“Waktu pertama di sini bukan nglukis wajah, tapi nggambar-nggambar kartu, ya kartu lebaran, ucapan ulang tahun, dan lain-lain,” kata Timbul di sela-sela keramaian Malioboro di Senin sore itu.
Ia harus lebih fokus ke seni melukis wajah dan karikatur saat kemajuan tekhnologi menggerus keahliannya yang terdahulu. Munculnya telepon genggam yang membuat orang lebih mudah mengirim berbagai ucapan, membuatnya berhenti nggambar-nggambar kartu.
Bukan sekali itu saja Timbul merasakan tenggelam oleh kemajuan tekhnologi. Ia pernah merasakan menjadi karyawan sebuah bioskop saat gedung pemutar film ini masih jaya-jayanya.
“Dulu film belum sebanyak sekarang dan orang kalau mau nonton film ya harus ke bioskop. Kalau sekarang lihat video sudah ketok (terlihat, red), lewat komputer, lewat hape juga bisa,” kata Timbul berargumen.
Saat mulai menekuni lukis wajah, ia juga masih menerima bila ada yang memesan lukisan pemandangan, wayang, atau melukis taman rumah.
Seniman jalanan yang suka berdandan mbois dengan jaket hitam, topi doreng, dan headset terurai itu, mengaku baru Amar Syaifudin pejabat yang dilukisnya. Tapi beberapa kali pernah melukis artis.
“Kalau pejabat ndak pernah, baru sekali ini. Kalau artis sering. Waktu awal-awal di sini malah nglukis Rano Karno. Itu, yang jadi si doel,” ujar Timbul menyebut salah satu judul sinetron yang pernah tayang di sebuah stasiun televisi swasta.
Sekarang, hampir setiap sore Timbul terlihat menggelar keahliannya di trotoar Jalan Malioboro, tepatnya di depan kantor DPRD Yogyakarta. Sampai pukul 1 malam, seiring mulai meredupnya keramaian Yogya, ia baru beranjak pulang.
“Pulang pergi rumah sini, naik motor, Mas,” kata bapak 4 anak, 2 laki-laki dan 2 perempuan itu, singkat.
Soal penghasilan, laki-laki kelahiran Yogyakarta, 7 Juni 1959 yang tinggal di Jalan Godean KM 7 ini, mengaku tidak tentu. Satu lukisan wajah dihargai Rp. 80 ribu, karikatur lebih mahal sedikit, Rp. 100 ribu. Dalam seminggu kurang lebih Rp. 500 ribu ia kantongi.
“Anak saya 4. Cukup ndak cukup ya harus dicukup-cukupkan dan harus tetap disyukuri. Iya kan, Mas?” pungkas Timbul. (Ipank/HK).